Di kantor malaikat pencabut nyawa.
“Rodrigo!!!” seseorang memanggil seseorang lainnya.
“Kenapa bos?” seseorang yang lainnya, datang menghampiri.
“Ini ada tugas buat lo. Lo pergi ke rumah Yopi Kartono, seorang pengusaha sukses yang punya istri model. Belum jelas siapa yang bakal mati di sana malam ini, lo stand by aja di sana. Ngerti?” sambil memberi sebuah kertas pada Rodrigo
“Jadi saya ke rumah Yopi, gak melakukan apa-apa sampai ada orang yang memperlihatkan gejala-gejala akan mati, gitu? Jadi saya musti nunggu dong? Saya kan malaikat pencabut nyawa bos, bukan malaikat penunggu.”
“Bawel amat sih. Lo tau gak, gara-gara lo jadi bawahan gue, karir gue sebagai malaikat mandek. Mana gue bentar lagi pensiun lagi.”
“Lah emang salah saya apa? Saya kan nggak pernah minta tambahan tunjangan kayak Stepen bos. Dia udah bisa beli apartemen, saya perumahan tipe 21 aja masih nyicil.” ujar Rodrigo sambil melirik Stepen.
Stepen, yang pada saat bersamaan sedang duduk sambil membungkuk mencukur bulu kaki, mendadak duduk tegap dan ber-“Ehm...”.
“Si Stepen, kerjanya bener. Lo, amburadul. Malaikat atasan gue sampai memandang gue ngak bisa ngatur bawahan gara-gara kebodohan lo. Emang lo gak inget apa, kemaren lo bikin anak satu sekolahan mati keracunan makanan. ”
“Ooohh, itu sih saya gak suka aja liat mereka menghamburkan duit buat jajan-jajan gak penting gitu. Indonesia sedang terkena dampak krisis ekonomi global, bos.”
“Udah! Sana lo berangkat cepet! Pokoknya sekali lagi lo screw up sesuatu, gue pecat lo.”
“Oke bos. Ada ongkos jalannya kan bos? Buat naik taksi.”
“Lo tuh malaikat pencabut nyawa! Gak perlu naek taksi! Cepetan berangkat sebelum gue semakin bernafsu buat melakukan hal keji terhadap lubang pantat lo!”
“Iya iya, sabar napa..”
Rodrigo berjalan pergi, tapi baru dua langkah berjalan dia berbalik, berpaling ke bosnya lagi.
“Bos...”
“Ape?”
“Istrinya si Yopi model kan bos?”
“Iye. Kenapa emang?”
“Kalo nanti Yopi sedang senggama sama istrinya, boleh gak saya nyurupin dia?”
“ARGHHH!!”
“Ok, I’m going, I’m going”
***
Rodrigo sampai di depan rumah Yopi yang amat sangat megah sekali, dan bertanya-tanya apakah benar Indonesia adalah negara miskin.
Rodrigo masuk ke dalam rumah. Dia menemukan Yopi sedang menonton sepakbola di TV sambil ngemil. Rodrigo mendekati Yopi.
“Ah, mana keren kalo gue muncul begitu saja. Gue kasih asap, terus gue terbang ke depan dia. Namanya juga malaikat pencabut nyawa, gue gak boleh menimbulkan kesan seperti maling.” pikir Rodrigo.
Rodrigo mengeluarkan asap dari suatu alat khusus yang didapatnya dengan membuat proposal permohonan penambahan fasilitas kerja sebanyak 40 halaman.
“Kebakaran!! Kebakaran!!” reaksi Yopi setelah melihat asap.
“Huahahahaha! Tenang saja wahai manusia, asap ini bukan kebakaran dan aku datang hanya untuk melaksanakan tugasku!” ujar Rodrigo sambil mendarat di depan Yopi.
“HAH! Siapa kamu? Maling?” ujar Yopi dengan spontannya.
“BUKAN! Liat baik-baik! Mana ada maling menyapa targetnya!”runtuh lah kesan keren yang coba dibangun Rodrigo.
“Ah, aku tau! pasti kamu maniak seks yang stress karena kehilangan akses ke situs porno dan sekarang kamu mau nyolong pakaian dalam istriku?” Yopi berasumsi dengan cerdas.
“BUKAN!!”
“Lah terus apa dong?”
“Liat, gue berpakaian kayak tokoh Silas dalam Da Vinci Code dan gue bawa-bawa sabit bergagang tongkat. Gue malaikat pencabut nyawa! Huahahahaha!”
“Oh, malaikat pencabut nyawa to... I see, i see...HAH! Berati aku bakal mati dong ?!”
“HUAHAHAHAHAHA!!!... belum tentu juga sih”
“Kok belum tentu? Berarti bener dong kamu pencuri pakaian dalam?”
“Ah...” Rodrigo memegangi keningnya, stress. Yopi adalah klien dengan intelejensia paling rendah yang pernah dia tangani.
Kemudian, Rodrigo menjelaskan kepada Yopi bahwa dia mendapat tugas untuk mencabut nyawa seseorang yang akan mati malam ini di rumah Yopi. Yopi bertanya siapa yang akan mati dan Rodrigo menjawab belum ditentukan, tapi bisa dipastikan akan ada yang mati. Yopi kembali meragukan kredibilitas Rodrigo sebagai malaikat pencabut nyawa dan menuduhnya sebagai pencuri pakaian dalam. Rodrigo mulai mempertimbangkan untuk pensiun dini sebagai malaikat pencabut nyawa dan beralih profesi sebagai penjaga Warnet.
“Jadi, sekarang di rumah ini ada siapa aja?” tanya Rodrigo.
“Cuma ada aku, istriku sedang ada pemotretan di Bali.” jawab Yopi.
“Oh..” cita-cita Rodrigo untuk menyurupi Yopi yang sedang senggama, buyar.
Rodrigo melanjutkan “Berati yang bakal mati malam ini adalah elo! Huahahahhaha!”.
“Kok bisa? aku masih sehat, masih belum tua dan rajin menyiram anggrek. Oke, mungkin yang terakhir gak terlalu relevan, tapi agak kurang masuk akal kalo ada seseorang yang nggak punya penyakit apa-apa, sedang menonton tipi malam-malam, tiba-tiba mati tanpa alsan yang jelas”
“Bukan urusan gue itu. Pokoknya gue nungguin elo mati malam ini, lalu gue ambil nyawa elo.”
“Oh klo begitu, sekalian kamu menunggu, bagaimana kalo kita nonton bola bareng sambil ngopi-ngopi? “
“Oke, udah lama gue gak nonton bola”
Begitu lah, mereka menonton bersama. Sementara mereka nonton, di bagian belakang rumah Yopi ada seorang maling yang berhasil masuk ke dapur, dan dengan bodohnya salah mengidentifikasi racun tikus sebagai sereal, memakannya, lalu mati. Rodrigo yang keasikan nonton bola tidak mengetahui kalau ada maling yang mati di dapur Yopi, dan keesokan harinya pulang ke kantor dengan tangan kosong.
Arwah sang maling pun gentayangan.
Rodrigo dipecat dari pekerjaannya sebagai malaikat pencabut nyawa, dan tidak diterima ketika melamar kerja sebagai penjaga warnet.
malaikat pencabut nyawa- By
wackywidya
iseng iseng lagi cari cerpen buat tugas b.indonesia yang gurunya nyebelin bukan main itu
ketemu cerpen Geje buatan anak kaskus ini Tak share dah...